Berita BPSDM

Rektor IPB: ASN harus tinggalkan Best Practice, Tapi Mulailah Berpikir Future Practice


Disampaikan pada Rakorbangkom Jawa Timur Tahun 2022

MALANG – Pengembangan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mandiri dan kompetensi, akhir-akhir ini, tergantung kemampuannya menjawab 3 Mega Disrupsi. Pertama, perubahan iklim. Kedua, Revolusi Industri 4.0. Dan ketiga, Pandemi Covid 19.

Hal di atas diungkapkan Prof. Dr. Arif Satria, Rektor Institut Pertanian Bogor University saat memberi kuliah umum Pembukaan Rapat koordinasi Pengembangan Kompetensi (Rakorbangkom) Aparatur Jawa Timur Tahun 2022 di Gedung BPSDM Jatim Kampus Malang, Senin siang.

‘’Jika ASN kita bisa menjawab 3 Mega Disrupsi ini, maka ASN kita adalah ASN yang benar-benar bisa menjawab berbagai tantangan ASN ke depan,’’ tandas Arif Satria, rektor kelahiran Pekalongan, yang pada 17 September 2022 nanti baru berusia 51 tahun ini.
 
Secara jelas dan gamblang, Arif lantas mengurai satu demi satu 3 Mega Disrupsi yang kini tengah dirasakan semua orang. Tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia.

Saat ini, kata Arif, nelayan telah kesulitan menentukan waktu kapan yang pas untuk mencari ikan. Karena, perubahan iklim terjadi begitu drastis dan sulit untuk diprediksi. Anomali cuaca, peningkatan tinggi muka gelombang laut sampai resiko gagal berada di lautan.

Hal serupa juga dialami petani. Saat ini, lanjut Arif, petani sulit menentukan kapan waktu yang pas untuk bercocok tanam Dan kapan waktu yang pas untuk melakukan panen. Kenapa, karena bencana alam utamanya banjir tiba-tiba datang melanda tanaman mereka.

‘’Akibat kondisi di atas tadi, ekonomi pun ikut-ikutan mengalami gangguan. Aktifitas ekonomi sekarang ini terganggu akibat meningkatnya bencana iklim di dunia,’’ papar Arif dengan menyebut perubahan iklim juga berpengaruh terhadap faktor kesehatan.

Disrupsi kedua yaitu terjadinya dampak Revolusi Industri 4.0 yang dialami masyarakat dunia. Termasuk di Indonesia.Pada bidang teknologi, perkembangannya dirasakan lebih cepat dibanding bidang lainnya. 

Saat ini, kata Arif, keberadaan serangga sangat dibutuhkan karena tugasnya untuk penyerbukan pada proses pembuahan. Tetapi, akibat kemajuan teknologi serangga sudah tidak lagi dibutuhkan. Karena, sudah diciptakan robot-robot yang tugasnya menggantikan serangga.

‘’Di ruangan ini, saya tanya, siapa yang masih baca koran? Ayo angkat tangan! Kalau Anda masih baca koran, berarti usia Anda di atas 45 tahun. Kenapa? Karena mahasiswa sekarang tidak ada yang baca koran. Semua sekarang baca dotco-dotco,’’ rinci Arif Satria. 

“Kelak suatu saat nanti cucu Anda akan bertanya, whats is the meaning newspaper? Apa koran itu? Karena semua sekarang sudah dilayani koran gogel,’’ imbuh Arif yang penampilannya sangat dikagumi semua peserta.

Di sisi lain, Arif mengingatkan, ASN sudah waktunya kelua dari zona nyaman. ASN harus mendorong dirinya sendiri untuk berkembang. Jangan karena posisi dan tugasnya sering berpindah-pindah bagian, kemudian tidak mau berkembang.

Arif lantas mencontohkan, hasil penelitian yang dilakukan Thomas J Stanley PhD, salah satu penulis Amerika dan ahli teori bisnis. Menurut dia, dari 100 faktor yang menjadikan manusia itu sukses, ternyata bukan IQ yang tinggi, bersekolah di sekolah favorit dan lulus dengan IPK 4.0.

IQ tinggi, lanjut Arif, hanya menduduki peringat ke 21 dari 100 kunci menuju sukses. Kemudian bersekolah di sekolah favorit nomer 23. Dan lulus dengan IP tertinggi justru ada di urutan ke 30. 

‘’Memang perlu punya IP tinggi. Tapi, itu hanya sebentar saja. Begitu disebutkan dan diberi tepuk tangan, 10 detik hilang sudah. Tidak ada artinya. Jadi bukan itu kunci utama menuju sukses,’’ ujar Arif.

Lalu apa yang menjadikan ASN bisa maju dan berkembang? ‘’Hilangkan pola pikir best practice (praktik terbaik). Tapi, mulailah dengan pola pikir future practice (praktik ke depan),’’ pungkas Arif dengan menyebut beberapa contoh pengusaha sukses di Indonesia yang maju dan berkembang karena menggunakan pola pikir future practice.

Sementara itu ditemui ditempat yang sama, Aries Agung Paewai Kepala BPSDM Jatim menyebutkan, kehadiran Arif  Satria dinilai sangat cocok untuk mengasah kompetensi ASN yang mengikuti kegiatan Rakorbangkom.

Kendati Arif Satria adalah profesinya Rektor IPB, kata Aries, pandangan-pandangannya tentang Sumber Daya Manusia sangat handal. Bahkan, Arif  sangat menguasai leader skill dalam kaitan meningkatkan komptensi SDM.

‘’Beliau adalah rektor yang sangat profesional. Hubungan kami (BPSDM Jatim) dengan IPB tidak terjalin hari ini saja. Tapi, memang sudah lama. Terutama dengan Pemprov Jatim,’’ pungkas Aries meyakinkan. (*)